Kasihinfo.com Klaten - Ketua Majelis Pustaka dan Informasi ( MPI ) Pimpinan Daerah Muhammadiyah ( PDM ) Klaten Drs.H.Sunarto, M.Hum mengatakan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya Majelis Pustaka dan Informasi serta bagian kehumasan setiap satuan amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah sudah seharusnya menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
Hal itu disampaikan Sunarto saat Workshop penguatan standarisasi media konten Muhammadiyah di SMA Muhammadiyah 1 Klaten, Sabtu ( 28/9/2024 ).
Workshop diikuti sebanyak 143 peserta dari MPI PDM Klaten , dari MPI PCM, perwakilan Ortom tingkat Daerah, BPP Muhammadiyah yang tergabung di Lembaga dan Majelis,dan undangan lainnya.
Menurut Sunarto dakwah sebagai upaya menyebarkan kebenaran dan kebaikan Islam selalu menjadi tujuan utama bagi organisasi Muhammadiyah.
"Dakwah melalui lisan dalam komunitas masjid di masyarakat yang sudah dilakukan semenjak masa awal berdirinya hingga memanfaatkan media cetak sebagai cara untuk memperluas dakwah yang dilakukan. Seiiring dengan semakin berkembangnya dunia, dakwah yang dilakukan juga dituntut untuk mengalami kemajuan" katanya.
Selaku ketua MPI di Persyarikatan Muhammadiyah Klaten Sunarto menyebutkan bahwa saat ini masyarakat untuk mendapatkan informasi sangat dekat dengan dunia internet.
“Berdasarkan putusan Muktamar Muhammadiyah ke 37, dakwah yang dilakukan Muhammadiyah harus berbasis komunitas dari berbagi lapisan masyarakat. Terlebih untuk masyarakat pada lapisan menengah dan bawah yang sangat dekat dengan internet, dimana banyak bentuk komunikasi dan interaksi dilakukan oleh mereka melalui berbagai media yang memanfaatkan internet karena dirasa efisien oleh mereka,” ujarnya.
Sunarto menyampaikan bahwa berdasarkan sebuah penelitiian yang dilakukan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah banyak generasi muda Indonesia saat ini mendapatkan informasi melalui internet.
“Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LP3M UIN Syarif Hidayatullah, sebanyak 56,48 persen remaja postmillennial mendapatkan informasi mengenai agama melalui media sosial seperti Youtube dan juga situs web informasi Islam,” paparnya.
Sunarto berharap berdasarkan data tersebut, fenomena itu harus jadi perhatian untuk Muhammadiyah agar dapat aktif menyediakan konten-konten positif yang sesuai dengan Islam berkemajuan.
"Keadaannya saat ini, media pesyarikatan Muhammadiyah kurang getol dalam berbicara mengenai isu keagamaan. Bahkan media cetak kita hanya diserap oleh masyarakat yang berada dalam lingkungan Muhammadiyah saja. Sekarang, kalau kita ingin mencari informasi keagamaan di mesin pencari internet seperti Google, maka yang ditunjukkan dalam halaman pertama hasilnya adalah jawaban dari web dan situs selain milik persyarikatan Muhammadiyah,” katanya.
Oleh karena itu Sunarto melalui wirkshop ini menghimbau agar media persyarikatan Muhammdiyah harus lebih aktif dalam berbicara agar dapat mewarnai dakwah Islam di tanah air dengan Islam yang berkemajuan.
“Padahal seharusnya kita yang menyadari lebih dahulu pentingnya untuk meng-upgrade media agar semakin memajukan dakwah. Kita harus menyiapkan kader yang melek terhadap kemajuan teknologi dan revolusi media serta mampu menjawab tantangan dunia,” kata Sunarto lagi.
Sementara itu Ketua PDM Klaten yang membidangi MPI Suhud Eko Yuwono dalam sambutannya mengatakan pentingnya media pemberitaan untuk mengikuti kemajuan teknologi saat ini menjadi sangst oenting.
“Produksi media konvensional seperti Koran dan majalah sebenarnya masih banyak di tanah air, akan tetapi perlu diakui bahwa daya serap masyarakat terhadap media konvensional saat ini menurun. Apalagi jika dibandingkan dengan konsumsi masyarakat terhadap situs atau media sosial yang menyediakan beragam informasi,” ungkapnya.
Suhud Eko Yuwono berharap agar rencana untuk mendigitalkan media persyarikatan Muhammadiyah digarap dengan sebaik-baiknya agar dapat menciptakan konten yang berkualitas.
"Majelis Pustaka dan Informasi ini dapat dianalogikan dengan industri kuliner, dengar beragamnya media pemberitaan yang ada bisa dikatakan ini adalah prasmanan berita. Namun dengan cara seperti itu kita tidak bisa menjamin kualitas dari sajian yang kita hidangkan. Yang kita harus lakukan adalah menyediakan fine-dining yang terjamin kualitasnya, dari sumber yang valid dan terpercaya, serta juga bisa memberikan wawasan yang dibutuhkan oleh konsumen,” pungkasnya. ( *Moch.Isnaeni* )