Kasihinfo.com Klaten – Desa sidowarno adalah wilayah paling
ujung timur kabupaten Klaten yang berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, berada
di kecamatan Wonosari, kabupaten Klaten.
Desa sidowarno merupakan kampung wayang kulit pasalnya masih
banyak warga yang menjadi pengrajin
wayang kulit. Dulunya ada sekitar 100 lebih pengrajin, namun dikarenakan
kurangnya regenerasi kini menurun menjadi 70 an pengrajin.
Narto, salah satu perajin wayang kulit di dukuh Butuh, desa Sidowarno menceritakan banyak pemuda sebagai generasi penerus yang enggan belajar dan meneruskan usaha sebagai pengrajin wayang kulit, sehingga Jumlah pengrajin wayang kulit semakin berkurang. Ia mengatakan jika kunci yang harus dimiliki para perajin wayang kulit yaitu kesabaran dan ketekunan.
" Saat ini saya sedang menyelesaikan pahatan wayang karto marmo, pesanan dari seorang dalang dari Jawa Timur. Saya sudah sekitar 30 tahun memahat wayang kulit. Untuk memahat saja, saya memerlukan waktu 3 hari untuk satu wayang kulit, sedangkan untuk wayang siap pakai memerlukan waktu hingga 10 hari, Katanya.
Tidak hanya perajin wayang kulit saja yang ada di desa Sidowarno,
ada pengrajin fayet, aneka souvenir berbahan kulit kerbau maupun kulit kambing, jamu tradisional hingga memanah
tradisional atau jemparingan.
Koordinator desa wisata wayang sidowarno, Nardi Baron mengatakan
jika Deswita sidowarno menjadi seperti saat ini dikarenakan adanya pendampingan
dari Astra.
“ Awalnya tahun 2009 terbentuk KUBE ( kelompok usaha bersama)
BIMA dengan beranggotakan 11 pengrajin wayang kulit. Kemudian tahun 2018 mendapatkan
tawaran CSR dari Astra International (AI) melalui program Kampung Berseri Astra
(KBA), hingga kini para pengrajin terus eksis dan berkembang”, Kata Baron.
Baron menambahkan, lantaran adanya dorongan serta pendampingan
dari Astra, lambat laun warga kampung wayang tersebut ada peningkatan tarap hidup.
Pasalnya menurut Baron, Astra tidak hanya memberikan materi saja, melainkan warga juga mendapatkan banyak ilmu.
Kini Desa Sidowarno, semakin dikenal banyak orang dan
banyak dikunjungi wisatawan yang berdampak terhadap meningkatnya Jumlah pesanan
para pengrajin setempat, sekaligus menambah penghasilan warga sekitar, dengan memanfaatkan
dan memaksimalkan teknologi yang ada.
“ Dulu sebelum ada pendampingan dari Astra, para pengrajin yang ada di desa kami itu hanya memikirkan usahanya sendiri-sendiri, belum ada kerja sama antar pengrajin, namun setelah adanya pendampingan dari Astra, para pengrajin saling kerjasama, saling melengkapi, sehingga ada mata rantai penghasilan antar pengrajin seperti contohnya, ada pengrajin wayang bagian olah kulit, ada bagian pahat wayang, ada bagian yang usahanya mewarnai wayang, hingga bagian finishing, yang menjadikan tetap bertahan hingga saat ini walaupun sempat terdampak covid 19 beberapa tahun yang lalu”, PungkasNya. (h-d)