Kasihinfo.com Klaten - Pemerintah Kabupaten Klaten tengah fokus dalam penerapan pendidikan karakter kepada peserta didik di Sekolah. Salah satunya melalui perwujudan Sekolah Ramah Anak yang telah dideklarasikan oleh Pemkab Klaten sejak beberapa tahun yang lalu.
Apalagi saat ini Bupati Klaten terus menggaungkan penguatan pendidikan karakter kepada siswa. Sebab, dalam menghadapi era digitalisasi, anak-anak diharapkan bisa memilah penggunaan internet, serta mengasah potensi bakat dan minat dalam segala bidang.
Kepala Sekolah SMPN 2 Kabupaten Klaten Ismadi menyampaikan dengan adanya Sekolah Ramah Anak di tingkat SD dan SMP diharapkan mampu menjadi ruang yang aman dan nyaman selama siswa berada di lingkungan pendidikan.
“Harapan sekolah menjadi ramah, nyaman dan menyenangkan dalam semua pembelajaran, pada dasarnya adalah lingkungannya disekolah yang bersifat rekreatif tapi edukatif,” kata Ismadi usai menghadiri puncak HUT Espero ke 72 di Gedung Ghra Bung Karno Klaten, Sabtu (19/8/2023).
Oleh sebab itu, ia mengaku bahwa penguatan pendidikan karakter siswa, diantaranya pada menyasar segi religi, akademik, dan pengembangan bakat siswa. Ia mencontohkan, seperti adanya kolaborasi bersama untuk membuat sebuah proyek sekolah di bidang lingkungan.
“Lingkungan sekolah yang ramah dan edukatif dikemas menjadi Sekolah dengan program pembelajaran yang efektif dan edukatif. Kemudian melakukan penguatan pada siswa untuk merasakan dengan kegiatan pesantren kilat, mengaji, atau sholat di bulan Ramadan. Bisa juga mengundang narasumber untuk memberikan penguatan pada guru dan siswa,” ujarnya.
Meski begitu, ia memastikan bahwa program Sekolah Ramah Anak itu telah dilaksanakan di SD dan SMP Negeri maupun Swasta di Kabupaten Klaten . “Sudah diterapkan di semua sekolah, tergantung inovasi apa saja yang dibuat sekolah dan kami terus evaluasi, dan optimalisasi karena setiap karakter masyarakat di wilayah Klaten berbeda-beda,” tegasnya.
Saat ini SMPN 2 Klaten juga telah menerapkan program Sekolah Ramah Anak yang pelaksanaanya mengaplikasikan program 5S. Yakni, *senyum, sapa, salam, sopan, dan santun*, serta memberikan penguatan pada segi religi, akademik, dan pengembangan bakat dan minat ( talenta ) anak melalui paket program pendidikan ekstra kurikuler sebanyak 21 jenis.
“Sekarang semakin diperkuat dengan program dan implementasinya dilakukan dari dasar, seperti memperhatikan perilaku dan penampilan anak, apakah sudah siap mengikuti pelajaran, atau misalnya mengapa anak terlihat murung,” kata Kepala SMPN 2 Klaten Ismadi.
Pada segi penguatan religius, sebelum kegiatan belajar mengajar, para peserta didik diwajibkan untuk berdoa sesuai kepercayaannya masing-masing. Selanjutnya, pada segi akademik, peserta didik akan terpantau dalam proses belajar. Sedangkan pada segi pengembangan talenta, dikuatkan pada potensi minat dan bakat siswa.
“Pembentukan karakter seperti Profil Pelajar Pancasila, yakni mewujudkan pelajar yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagaimana visi misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujarnya.
Tak hanya itu, dia juga kerap memberikan penguatan terhadap tenaga pendidik. Penguatan ini untuk mengantisipasi dan menangani perilaku peserta didik yang berbuat kurang baik. “Apakah anak perlu mendapat sanksi atau perlu dilakukan pendekatan. Maka guru akan paham, tindakan apa saja yang tepat untuk siswa,” katanya.
Apalagi pascapandemi Covid-19, ruang interaksi dan kreativitas peserta didik masih sangat terbatas. Tidak hanya mendukung program Pemkab Klaten melainkan ikut memberikan ruang ekspresi kepada peserta didik.
“Kami berupaya memulihkan kesehatan jiwa anak. Dulu semua serba berani, anak-anak banyak yang di warkop untuk mencari Wi-Fi, sekarang guru langsung sigap melakukan pendekatan kepada murid terutama pelajaran tentang keteladanan dan sopan santun dalam berkomunikasi wujudnya guru mencontohkan hal-hal di sekolah tentang sopan santun,” terangnya.
Pasalnya, menurutnya, pembiasaan interaksi dan menyampaikan pendapat pada sesama teman dan tenaga pendidik, diharapkan dapat memicu rasa percaya diri dan kemandirian peserta didik. “Agar tidak hanya bermain gadget. Serta diharapkan saling menyelesaikan antar teman supaya tidak melakukan perundungan pada sesama,” terangnya.
Penguatan tersebut diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa sebagai calon pemimpin yang memiliki karakter. “Jadi sekarang mulai menguatkan karakter pendidikan, terhadap guru, orang tua dan teman. Diharapkan ketika orang dewasa akan memiliki karakter sopan santun,” pungkasnya. ( *Moch.Isnaeni* )