Kasihinfo.com Klaten – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten menggelar apel kesiapsiagan bencana di halaman Pendapa Ageng Kabupaten Klaten, Selasa (4/10/2022). Kegiatan tersebut digelar dalam rangka Peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana tahun 2022.
Apel diikuti relawan-relawan bencana dari berbagai lembaga kemanusiaan, personel TNI dan Polri, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Klaten. Dalam kesempatan tersebut, Bupati Klaten, Sri Mulyani menyerahkan peralatan penanganan bencana kepada relawan secara simbolis sebagai tanda kesiapsiagaan bencana.
Bupati Sri juga mengimbau kepada seluruh aparatur pemerintahan, relawan kebencanaan, dan seluruh elemen masyarakat di Klaten untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan musim dan cuaca ekstrim yang terjadi belakangan ini. Menurutnya perubahan musim dan cuaca ekstrim turut meningkatkan potensi bencana, seperti angin kencang, tanah longsor, hingga banjir.
“Apel siaga ini menjadi penggunggah sekaligus penyemangat dalam meningkatkan kewaspadaan dari segala kondisi yang mungkin terjadi di kabupaten klaten. Partisipasi dan kontribusi setiap komponen terkait selayaknya untuk dijaga dan dilaksanakan secara berkesinambungan bukan saja sebagai wujud eksistensi kelembagaan tetapi juga wujud tanggungjawab dan pengabdian dalam meringankan beban masyarakat dikala bencana itu datang,” ungkapnya.
Sri Mulyani juga mengingatkan masih adanya potensi bencana erupsi dan banjir material Gunung Merapi yang masih mengintai. Hal ini lantaran hingga saat ini level Gunung Merapi masih berstatus siaga.
“Jadi selain potensi bencana musiman yang harus diwaspadai, masyarakat Klaten juga harus mewaspadai potensi bencana ada dan kita hidup berdampingan dengannya. Yaitu erupsi Gunung Merapi,” katanya.
Ia menjelaskan Klaten merupakan wilayah rawan bencana, bencana nasional gempa bumi tahun 2006 atau bencana erupsi merapi tahun 2010 guna menjadi pelajaran berharga bagaimana pemerintah, warga masyarakat, beserta komponen yang ada harus pandai menyusun kesiap-siagaan.
“Bencana demi bencana mengharuskan kita untuk belajar dan berfikir atas apa yang harus kita lakukan menghadapi kondisi darurat. Belajar dari pengalaman terjadinya bencana selama ini bahwa banyaknya korban berjatuhan salah satunya disebabkan oleh kepanikan dan kekurang siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Bekal ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap karakter bencana, tata cara bertindak saat bencana datang melanda sangat mungkin dipelajari sebagai langkah antisipasi. Kemampuan dasar ini selayaknya kita perluas kepada seluruh masyarakat dan kepada anak-anak kita sebagai pelajaran sekaligus menghadapi kematangan kondisi-kondisi sulit tak terkecuali ketika bencana itu tiba,” paparnya. (sin-ang/Kominfo-klt)