Kasihinfo.com Klaten - Penemuan kasus demi kasus orang dalam HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Klaten membutuhkan perhatian banyak pihak. Berdasarkan laporan Sistim Informasi HIV /AIDS (SIHA) 2021, korban yang terkonfirmasi HIV/AIS tercatat 1.171 orang. Perilaku hidup seks sehat dipercaya menjadi solusi terbaik agar penyakit degeneratif ini tidak terus makan korban.
Perilaku seks bebas dengan berganti-ganti pasangan adalah resiko paling rentan penularan. Penyalahgunaan narkoba khususnya penggunaan jarum suntik juga sangat beresiko. Tak kalah berbahaya adalah perilaku seks menyimpang seperti lesbian dan homoseksual.
“Temuan kasus HIV/AIDS itu fenomena gunung es. Tapi kalau melihat kasus demi kasus di lapangan oleh teman-teman relawan, realitanya sudah sangat memprihatinkan. Saya kira penanganan penyakit ini butuh kerja bareng, tidak saja pemerintah. Apalagi banyak kasus temuan korban sudah melibatkan anak-anak. Dan perilaku hidup seks sehat adalah cara terbaik mengatasi HIV/AIDS” pesan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Klaten Ronny Roekmito saat ditemui Tim Pemberitaan Dinas Kominfo Klaten di Sekretariat KPA Komplek Setda Klaten (Senin, 13/10/22).
Pria lulusan Fakultas Kedokteran UGM tahun 1982 sekaligus mantan pejabat Klaten itu mengungkapkan jika banyaknya korban yang terjangkit HIV/AIDS itu kebanyakan didorong faktor ekonomi. Maka ruang untuk bangkit dan mandiri bagi korban HIV/AIDS itu perlu diperhatikan pemerintah.
“KPA Klaten akan kordinasi dengakat perangkat daerah yang berwenang. Semoga workshop-worksop atau pelatihan bagi korban HIV/AIDS ini bisa dilakukan pemerintah. Akan lebih bagus juga ada bantuan modal. Itu pasti akan sangat membantu saudara kita (korban HIV/AIDS)” kata Ronny.
Wakil Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Klaten KH Purnomo Murtadlo saat dihubungi (Senin, 13/10/22) terkait kasus HIV/AIDS di Klaten membenarkan agar masyarakat menjadikan agama sebagai benteng keluarga.
“Perilaku seks bebas dan sebagainya itu adalah perbuatan fasak (melanggar agama), terutama zina. Bahkan untuk mendekati (zina) saja dilarang, apalagi melakukannya. Maka adanya syariat nikah itu untuk menjaga keberlangsungan manusia. Perbuatan seks bebas dan menyimpang itu sangat membahayakan proses regenerasi dan merusak pranata sosial, yakni keluarga” terang KH Murtadlo.
Tokoh agama yang tinggal di Ceper, Klaten itu mengingatkan agar pemerintah memberikan perhatian terhadap lembaga-lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Karena menurutnya, lembaga ini konsen dalam membangun akhlak bangsa.
“Kalau mau memperkuat negara, maka harus dimulai dengan membangun keluarga. Agama harus dijadikan benteng keluarga, Termasuk memperkuat basis lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Pembangunan akhlak ke depan harus menjadi prioritas negara” pungkasnya.
Berdasarkan laporan SIHA 2021, korban terjangkit HIV/AIDS di Klaten sangat memprihatinkan. Dalam 12 tahun terakhir, temuan kasus HIV/AIDS selalu menembus angka di atas 100 kasus. Kasus tertinggi ditemukan di 2017 dengan 138 orang dan sedikit menurun di 2021 dengan 103 orang kasus. Padahal sejak dilakukan pendataan di 2007, di Klaten hanya ditemukan 6 kasus permulaan. (Joko Priyono Tim Diskominfo Klaten)