Kasihinfo.com Prambanan - Sekolah Menengah Pertama ( SMP) Negeri 2 Prambanan Klaten menggandeng psikolog untuk kembali membangun karakter siswa yang dinilai merosot lantaran loss learning sejak pemberlakuan pembelajaran daring selama kasus covid 19 merebek ditanah air.
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Prambanan, Sri Purwaningsih mengatakan, pembelajaran daring sedikit banyak berdampak pada penurunan karakter siswa karena sangat minimnya tatap muka dengan guru sehingga perilaku siswa di rumah kurang terkontrol, hal ini akibat pengaruh lingkungan.
“Dalih siswa belajar daring dirumah, tapi kenyataannya informasi dari orang tua mereka banyak anak yang tidak belajar, namun justru menyalahgunakan handphone untuk kepentingan yang menyimpang dari belajar, seperti bermain game dan lainya,” kata Sri Purwaningsih, diruang kerjanya, Senin (7/2/2022).
Sri tak menampik bahwa, banyak siswanya saat sekolah daring banyak yang mengalami berbagai kesulitan, mulai dari sinyal yang tidak stabil, siswa tidak memiliki alat memadai untuk belajar online hingga rasa jenuh.
Bahkan tidak bisa dipungkiri diakui, memang banyak orang tua curhat yang diterimanya, kesulitan membimbing anak-anaknya belajar daring. Malahan cemas dengan efek negatif internet, yang banyak memunculkan gambar-gambar tidak pantas secara mendadak.
“Dari berbagai masalah disaat siswa daring itu, akan memunculkan dampak yang lebih fatal yaitu penurunan moral siswa. Sehingga dari internet anak akan leluasa mengakses berbagai hal yang semestinya mereka belum diperbolehkan,” ujar dia.
Hal tersebut, kata Sri, yang menjadi kekawatiran orang tua dan guru disaat siswa belajar daring. Karena dengan siswa daring mereka bisa mengunjungi situs yang disukainya, seolah dunia dalam genggaman diluar kontrol.
“Pernah saya perintahkan merazia handphone lewat guru kelas masing-masing, hasilnya banyak ditemukan gambar pornografi. Oleh karena itu, untuk menyikapi hal tersebut pihak sekolah mengumpulkan orang tua siswa untuk diadakan parenting education,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menyarankan bagaimana orang tua harus mendidik dan membimbing anak mereka pada masa pandemi seperti ini. Menurut dia, kalau yang dikumpulkan siswanya kurang mendapatkan hasil yang signifikan seperti harapan sekolah.
“Untuk mengatasi ini, upaya sekolah menggandeng psikolog, bila tidak, saya khawatir kondisinya akan lebih memperburuk kualitas pendidikan dan akhirnya menjadi mimpi buruk bagi kualitas generasi kedepan,” tandas dia ( pw).