Temanku Lima Benua menunjukkan rumah micro saat penutupan Biennale Bank Sampah di Tanah Art, desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, kamis pagi, 30/07/2020 |
Kasihinfo.com
Klaten – Pelaksanaan pameran bertajuk Biennale Bank Sampah, yang bertempat di
ruang bersama Tanah Art, desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, secara resmi
kamis pagi, 30/07/2020 ditutup.
Ketua
Biennale Bank Sampah, Temanku Lima Benua Menyatakan, kegiatan selama sepekan
ini menghasilkan rekomendasi dari anak-anak generasi Z [generasi yang
lahir di atas tahun 2000] yang diperuntukkan kepada presiden Joko Widodo dalam
bentuk surat terbuka , yang isinya “Kita mendukung jakstranas sampai dengan
2025 bila”: pertama: Organisasi pemerintah harus progresisf dan dinamis. Kedua
:Dominasi ekonomi rente harus melalui fit and proper test. Ketiga : pemerintah
harus berpihak dalam penganggaran yang wajar. Keempat: Good Government dalam
pengelolaan sampah dan tidak tumpang tindih. Kelima: Perlu melibatkan ahli
komunikasi sosialisasi dengan harga profesional.
Temanku Lima
Benua,menambahkan, kegiatan yang diselenggarakan selama sepekan ini telah
dilaksanakan dengan berbagai kegiatan seperti pameran karya dua dimensi
dan tiga dimensi, performing art, serta diskusi merubah mainset tentang bank
sampah.
“Kegiatan
seni ini mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir mereka, dalam mengelola
sampah. Dengan masksud untuk untuk mengurangi tumpukan sampah dengan melakukan
pemilahan, Dengan memilah sampah, sampah tersebut dapat diolah menjadi
benda yang bermanfaat dan juga dapat dijadikan karya seni sehingga mendorong
sirkulasi ekonomi”,katanya.
Kepala DLHK
Klaten, Sri Hadi mengungkapkan dari kegiatan ini kami harapkan semakin
mengubah mindset terkait sampah. Kegiatan dua tahunan yang akan dilaksanaan
secara rutin ini mempunyai harapan besar, yaitu bisa mengajak dan mengubah
perilaku warga masyaral#kat dalam mengolah sampah disekitarnya.
“ harapanya,
warga masyarakat sekitar tergugah dan mau mengelola sampah yang ada
disekitarnya, baik dari memilah, dan mengolah nya menjadi barang yang mempunyai
nilai ekonomis lebih tinggi, sehingg terdampak baik bagi ekonomi rumah tangga
mereka” kata Sri Hadi.
Dalam
kesempatan tersebut, Sri hadi mengapresiasi rumah micro yang dihasilkan
komunitas sanggar lima benua yang pembuatanya juga melibatkan warga sekitar. Rumah
dengan ukuran 2 kali 3 dengan dua lantai dan ketinggian delapan meter tersebut,
harapanya bisa menjawab kebutuhan tempat tinggal bagi warga ekonomi lemah(
masyarakat kecil).
“ke depan rumah
micro tersebut bisa dikembangkan di desa setempat untuk dijadikan contoh,
dengan harapan bisa menjawab kebutuhan akan tempat tinggal bagi warga kalangan
kecil, dengan membutuhkan biaya dibawah 5 juta, sudah mempunyai rumah micro”
ungkapnya.
“Dari pamerah hasil pengolahan sampah, tadi
kita juga sempatmelihat rumah mikro yang dibuat dari barang bekas, ini menarik
dan akan diuji coba agar bisa dikembangkan masyarakat lain sebagai upaya
pemanfaatan barang bekas”,ungkapnya.(h-d)